Hal yang mendasari saya membuat rancangan ini adalah keresahan akibat penghapusan Ujian Nasional di tahun 2021 dan digantikan dengan Asesmen Nasional pada tahun yang sama. Bagaimanapun, guru harus mempersiapkan strategi jauh-jauh hari dalam menghadapinya. Karena salah satu hal yang dievaluasi pada Asesmen Nasional adalah literasi membaca dan menulisnya. Padahal literasi membaca dan menulis merupakan salah satu hal yang perlu didongkrak khususnya pada siswa di kelas saya. Lemahnya minat baca terbukti dari kurang antusiasnya mereka mengunjungi perpustakaan dan pojok baca. Penguasaan literasinya pun masih jauh dari cukup, terbukti seringkali siswa menyelesaikan bahan bacaan, namun tidak sepenuhnya memahami apa yang baru saja dia baca.
Karena itulah saya berusaha menanamkan budaya membaca buku setiap pagi. Kenapa harus “buku”? karena sebagai gerakan awal, buku lebih mudah didapati di sekolah saya daripada bahan cetak lainnya, selain itu saya merekomendasikan buku daripada bahan bacaan dari gadget, dengan alasan untuk meminimalisir terjadinya ‘salah guna’. Dan kenapa setiap pagi? alasannya yaitu secara psikologis kondisi siswa setiap pagi terasa lebih semangat dan prima. Saya ingin kegiatan membaca buku ini dilakukan dengan ceria dan riang tanpa tekanan dan tuntutan. Sehingga jika hal ini terus dibiasakan setiap pagi, saya sangat berharap akan menimbulkan dampak positif dengan perubahan cara pandang siswa bahwa membaca adalah sebuah kebutuhan yang harus dilakukan bahkan saat guru tidak menyuruhnya.
Adapun deskripsi aksi nyata dalam menanamkan budaya membaca buku setiap pagi yaitu sebagai berikut:
1. Guru melakukan kesepakatan kelas dalam membuat sistem untuk membudayakan siswa gemar membaca.
2. Siswa dibudayakan “membaca buku setiap pagi” selama 15 menit sebagai rangkaian pembiasaan diri sebelum pelajaran pertama dimulai.
3. Guru memberikan keteladanan dengan membaca buku setiap hari.
4. Guru menandai siswa yang sudah/belum membaca. Ini merupakan salah satu langkah untuk menentukan siswa mana yang perlu bimbingan dan motivasi lebih lanjut, dan siswa mana yang patut diapresiasi.
5. Secara berkala guru melakukan refleksi sejauh apa kegiatan membawa dampak dalam kemampuan literasi membaca dan menulis, dan apakah kegiatan “membaca setiap pagi’ mampu membudaya pada siswa
Pada awalnya, siswa masih terlihat kebingungan mencari buku apa yang akan dibaca. Terlihat banyak siswa yang pasif. Namun setelah beberapa kali kegiatan konsisten dilakukan, ini bukan lagi menjadi hal asing. Saat saya persilakan mereka melakukan kegiatan membaca, tanpa perlu dibimbing lagi mereka paham apa yang seharusnya segera dilakukan. Bahkan antusiame mereka nampak nyata, terlihat dari sorak hore dan keriangan karena akan melanjutkan membaca buku kesayangannya.
Hal berharga yang dapat saya pelajari dari pengalaman aksi nyata ini, adalah bagaimana mencari trik yang membuat siswa bergairah dalam membaca. Sehingga kegiatan membaca bukan lagi beban yang membuat kelopak mata lengket kemudian menimbulkan kantuk. Pada awalnya saya memang kerepotan menggali apa yang menjadi ketertarikan siswa-siswa yang pasif. Saya meminta mereka membaca buku cerita berseri yang mereka pilih, sehingga setiap hari timbulah rasa penasaran kelanjutan ceritanya. Juga ada beberapa yang saya minta berkelompok, mendengarkan dongeng dari cerita rakyat yang lebih dulu saya ketahui. Namun cerita itu tidak saya selesaikan sehingga siswa pun bertanya-tanya apa kelanjutannya. Nah kelanjutannya ada di dalam buku, akhirnya didorong dengan rasa penasaran, mereka membaca buku dongeng tersebut. Membaca adalah sebuah kegiatan yang mengasyikkan, menimbulkan efek candu dan petualangan imajinasi dalam berkelana ke penjuru negeri.
Di balik beberapa perubahan positif yang telah terjadi, kegiatan saya terhambat akibat pembelajaran tatap muka harus dihentikan hingga mendapatkan izin tatap muka selama pandemi. Hal ini mengharuskan saya memperbaiki strategi agar sesuai dengan kondisi siswa. Saya sedang merencanakan agar mereka mengganti bahan bacaan yang biasanya berupa buku yang tersedia di perpustakaan atau pojok baca, menjadi membaca buku apa saja yang ada di rumah, bahkan tabloid online anak-anak yang saya rekomendasikan. Semoga saja gadget yang mereka pinjam dari orang tua dapat digunakan secara positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar