Sebagai calon guru penggerak yang harus memiliki visi jauh ke depan, hal yang mendasari saya melakukan program tabungan literasi dalam memotivasi budaya membaca siswa yaitu karena saat ini arus informasi berkembang secara pesat. Artinya zaman menuntut kita memiliki kemampuan literasi yang bagus dalam menghadapinya, salah satunya yaitu kemampuan literasi membaca dan menulis. Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk membekali siswanya siap dan tangguh menghadapinya. Terlebih lagi kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah bahwa di tahun 2021 di seluruh jenjang Pendidikan akan menghadapi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional ini akan menguji beberapa aspek salah satunya yaitu mengenai kemampuan literasi siswa.
Mengutip dari Ki Hajar Dewantara dalam majalah “Keloearga” tahun 1937 menyatakan sebuah frasa “peralatan pendidikan”. Beliau menjelaskan, apa yang dimaksud, yaitu cara-cara mendidik yang sebetulnya ada beraneka-ragam cara namun beliau membaginya menjadi 6 cara utama sebagai berikut:
memberi contoh
pembiasaan
pengajaran
perintah, paksaan dan hukuman
laku
pengalaman lahir dan batin
Karenanya, menurut saya, di kelas yang saya ampu diperlukan sebuah sistem yang membiasakan siswa untuk memiliki kemampuan literasi membaca dan menulis, sesuai dengan salah satu ‘peralatan pendidikan’ tersebut yaitu pada poin 1 dan 5, berupa MEMBERI CONTOH dan PEMBIASAAN.
Adapun deskripsi aksi nyata program tabungan literasi dalam memotivasi budaya membaca siswa, saya jabarkan sebagai berikut:
1. Guru memberikan keteladanan dengan menampilkan sisi gemar membacanya kepada siswa. Sehingga siswa merasa bahwa membaca adalah hobi yang mengasyikkan dan membawa manfaat yang besar untuk mengembangkan diri.
2. Guru membuat sebuah sistem untuk membiasakan siswa gemar membaca, yaitu dengan melakukan program “Tabungan Literasi”. Secara garis besar pelaksanannya yaitu masing-masing siswa diwajibkan secara berkala untuk membaca sebuah buku/artikel/majalah pilihannya, kemudian menuliskan inti bahan bacaan tersebut ke dalam sebuah paragraf yang dituliskan ke dalam sebuah kartu tabungan yang disediakn guru. Siswa wajib mencantumkan judul dan halamannya sehingga guru mudah dalam melakukan kegiatan refleksi. Semakin banyak kartu yang dia kumpulkan dalam kantong tabungan literasi, artinya menunjukkan bahwa siswa tersebut telah banyak membaca dan menulis.
3. Pemberian reward kepada siswa yang tabungannya paling banyak. Reward dilakukan agar siswa yang bersangkutan merasa bangga dan meneruskan kebiasaan baiknya itu, serta agar siswa lain lebih termotivasi untuk memperbanyak tabungan literasinya. Hal ini bertujuan agar membaca menjadi lebih membudaya.
Setelah beberapa minggu berselang, siswa di kelas yang saya ampu menunjukkan beberapa perubahan. Meski belum signifikan, namun tetap saja, ada beberapa hal yang saya anggap sebagai hasil positif dari program ini. Ketika istirahat, saya melihat ada beberapa orang siswa yang berkelompok membaca buku di selasar kelas. Perpustakaan pun menjadi lebih sering dikunjungi siswa.
Selain beberapa perubahan positif seperti di atas, tentu ada beberapa hal yang masih jauh dari harapan. Seperti masih adanya siswa yang kurang antusias untuk mengisi tabungan literasi. Selain itu, ada pula beberapa siswa yang terlihat amat antusias mengisi tabungan literasi, namun jika dilihat dari cara ia menuangkan pemahamannya pada kartu soal, ternyata isinya masih jauh dari harapan. Tulisannya nampak berantakan layaknya orang terburu-buru, juga isinya tidak sesuai dengan konten bacaan. Meskipun ini persentasenya kecil, namun perlu terus direfleksi, dicari solusi untuk dapat dimotivasi dan diperbaiki. Karena dengan pembiasaan-pembiasaan yang dirancang guru di sekolah, diharapkan menjadi sebuah kebiasaan yang terpatri dalam jiwa dan tercermin dari tingkah laku.
Melihat beberapa hal yang tidak sesuai dengan harapan tersebut, dan setelah melakukan refleksi mandiri, ada beberapa hal yang harus saya lakukan sebagai bahan perbaikan. Saya mulai merencanakan agar ketika di kelas, secara berkala menyempatkan beberapa saat untuk merefleksi secara klasikal program ini. Saya akan meminta satu orang siswa yang dirasa telah melakukan tugas secara ideal untuk bisa dijadikan contoh bagi teman-temannya. Juga saya akan memberikan masukan dan saran demi kelancaran program tabungan literasi sesuai tujuan yang diharapkan di awal. Adapun rencana untuk memotivasi siswa yang kurang berminat mengisi tabungan literasi, akan diadakan upaya pendekatan personal untuk memahami apa yang lebih ia gemari. Jika ia lebih suka menonton daripada membaca maka akan saya fasilitasi untuk memberikan beberapa video yang informatif sambil terus diedukasi mengenai pentingnya membaca. Konten bacaan pun akan saya sesuaikan dengan apa yang menjadi ketertarikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar